Selasa, 16 Juni 2009

Penyebab Musibah dan Bencana

Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sangat akrab dengan berbagai bencana/musibah. Jenis bencana yang terjadi bisa dikatakan cukup lengkap dari yang besar sampai yang kecil. Ditahun 2004 bulan Desember masyarakat Aceh diberi cobaan yang sangat besar dan tak terduga sebelumnya, yaitu Gelombang Tsunami dengan hitungan beberapa detik langsung meluluh lantakan Aceh dengan seketika. Tak sedikit korban yang meninggal bahkan sampai ribuan orang, kehilangan harta bendanya dan kerabat. Pada saat itu Negara Indonesia diberi cobaan yang sangat berat, banyak simpatisan luar negeri yang berdatangan memberikan bantuan obat-obatan, makanan, dan relawan. Tanpa bantuan dari mereka Negara Indonesia khususnya kota Aceh yang dilanda musibah tidak bisa bangkit secepat ini, walaupun tak sedikit dari mereka masih menyimpan rasa trauma akan terjadinya bencana seperti itu lagi.

Di kota Yogyakarta yang saya tinggali sekarang untuk menuntut ilmu, juga pernah dilanda musibah yang sangat besar yaitu Gempa Tektonik yang berkekuatan 5,9 SR. Tidak disangaka dan dinyana bencana tersebut bisa melanda kota Yogyakarta, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang adem ayem, banyak orang yang menyebutnya sebagai kota pendidikan, kota keraton, kota yang berbudaya, orang-orang yang berjiwa halus dan santun, tiba-tiba dengan ganas gempa mengguncang kota ini. Ribuan orang menjadi mayat, ribuan lainnya terluka, ribuan rumah dan bangunan menjadi hancur seketika. Perhatian masyarakat yang dulunya tertuju pada Gunung Merapi akan meletus, berbalik arah terhadap musibah yang tak disangka oleh masyarakat luas.

Musibah atau bencana yang terjadi menimpa berbagai lapisan masyarakat, suku, ras, bangsa, agama, dari yang miskin sampai yang kaya. Ribuan nyawa melayang dan yang masih hidup tidak memiliki kehidupan yang layak, dibayangi dengan rasa trauma atas bencana yang telah terjadi dan tentunya kerugian material yang tak dapat dihitung karena saking banyaknya. Guna menanggulangi segala musibah yang terjadi berbagai langkah sudah dikemukakan dan berbagai upaya telah dilakukan. Baik untuk mengatasi musibah yang telah terjadi, maupun upaya untuk mencegah agar musibah yang sama tidak terulang lagi di masa mendatang.

Di balik datangnya suatu musibah atau bencana pasti ada penyebabnya. Mayoritas manusia pada masa ini menyandarkan terjadinya bencana pada hukum alam. Perubahan iklim, hutan yang gundul, kurangnya daerah resapan air, sampah menyumbat aliran air, menjadi penyebab yang sering mendapat tudingan. Seolah-olah dari mereka lupa bahwa hidup ini ada yang mengatur yaitu Allah swt dan alam semesta ini. Apa-apa yang mereka tuding sebagai penyebab sebenarnya adalah jalan terjadinya bencana. Padahal penyebab sesungguhnya sampai terjadi bencana adalah karena penduduk negeri ini telah berbuat zhalim.Dan begitulah adzab Rabbmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya adalah sangat pedih lagi keras. (Hud : 58)

Perbuatan zhalim banyak menyebar di negeri ini dan menjadi hal yang lumrah. Berbagai macam kezhaliman seperti maksiat, khurafat, bid’ah seolah telah menjadi bagian dari budaya di negeri ini. Bahkan sekarang marak dengan perbuatan-perbuatan yang menyekutukan Allah SWT yaitu syirik. Perbuatan tersebut tanpa malu dibeberkan di media massa, seperti kasus Ponari yang sempat menjadi headline di berbagai media massa dan cetak tentang batu ajaibnya yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, sampai-sampai orang rela antri berdesak-desakan bahkan sampai ada yang pingsan demi untuk mendapatkan celupan batu yang dimilki oleh Ponari si “Dukun Cilik”. Padahal kita tahu perbuatan syirik merupakan kezhaliman yang terbesar.

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik/ mempersekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezhaliman yang besar.”(Luqman : 13). Sejatinya musibah dan bencana yang terjadi di negeri sendiri adalah karena perbuatan kita sendiri, segala kerusakan yang terjadi di alam ini adalah karena perbuatan tangan-tangan manusia. kita tidak merawat dan menjaga alam ini, sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menzhalimi hamba-Nya. Bahwa seisi alam semesta ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Yang menentukan takdir seluruh makhluk, yaitu satu-satunya Zat yang berhak untuk diibadahi. Kewajiban kita sebagai manusia untuk beribadah kepada-Nya.